Upaya
penguasaan teknologi dirgantara di tanah air sebenarnya telah memiliki sejarah
yang panjang, bahkan sebelum Republic Indonesia diproklamasikan. Namun,
seringkali upaya penguasaan teknologi dirgantara dilihat seolah-olah merupakan
ambisi segelintir orang pada era tertentu saja. Padahal sejarah menunjukkan
bahwa perjalanan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari upaya putra-putrinya dalam menguasai teknologi dirgantara yang
sangat diperlukan bagi negara.
Sejak legenda pewayangan
berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta
munculnya figur Gatotkaca dalam kisah Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta
figur Hanoman dalam kisah Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia
Indonesia untuk bisa terbang. Tampaknya keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa
dan batin manusia Indonesia sesuai dengan perkembangan jamannya. Namun sejak
adanya pengaruh-pengaruh dari pihak asing atau para pemerintah kolonial semua
legenda tersebut dapat menjadi kenyataan. Karena personifikasi untuk manusia
yang bisa terbang tersebut terwujud pada sebuah benda yang disebut pesawat
meskipun tidak secara langsung manusia tersebut yang terbang. Namun dengan alat
tersebut manusia dapat terbang dari satu tempat ke tempat lainnya hal inilah
yang menganggap bahwa filosofi masa lalu tersebut akan bisa menjadi kenyataan.
Pada sekitar tahun 1930an di daerah
SukamiskinBandung dibangun Bagian Pembuatan Pesawat Udara yang memproduksi
pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL. Selanjutnya Pabrik ini dipindahkan ke
Lapangan Udara Andir yang sekarang merupakan Landasan udara Husein
Sastranegara. Pada tahun 1937, putera-putera Indonesia yang dipelopori Tossin
membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Jl. Pasirkaliki Bandung dengan
nama PK.KKH. Pesawat ini sempat
mengejutkan dunia penerbangan waktu itu karena mampu terbang ke Belanda dan ke
Cina. Pada tahun 1945, setelah Republik
Indonesia diproklamasikan, upaya penguasaan teknologi dirgantara semakin dipacu
dengan tuntutan mempertahankan kemerdekaan. Kegiatan kedirgantaraan yang utama ketika itu
adalah melakukan modifikasi pesawat yang ada untuk misi-misi tempur. Pelopor
pada masa itu adalah Adisutjipto, yang merancang, melakukan uji terbang dan
menerbangkan dalam pertempuran yang sesungguhnya. Model pesawat di Indonesia
juga berkembang yang menggunakan sistem turbotrop. Pada dasarnya sebagai tenaga
penggerak pada pesawat terbang motor turbotrop adalah hampir sama dengan motor
piston yang mempergunakan supercharger, karena sebagian besar thrust (gaya dorong)
yang dihasilkan dari exhaust jet. (taswari.1983.71)
Perkembangan
pesawat setelah indonesia merdeka sekitar Pada tahun 1946, di Yogyakarta
dibentuk Biro Rencana dan Konstruksi pada TRI-Udara. Sementara itu pada saat yang bersamaan, di
Magetan Jawa timur, upaya penguasaan teknologi dirgantara terus dilakukan
dipelopori oleh Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono.
Mereka berhasil membuat pesawat pesawat layang jenis Zogling, NWG-1 (Nurtanio
Wiweko Glider). Pesawat-pesawat ini sudah dibuat enam buah dan dimanfaatkan
latihan calon penerbang. Selanjutnya pada tahun 1948 berhasil dibuat pesawat
terbang mempergunakan mesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil
rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Karena
pesawat yang berkembang di indonesia mulai menggunakan mesin yang mengandalkan
sistem turbin. Turbin tersebut memilki sistem kerja yaitu menggunakan turbin
uap yang dapat dibagi menjadi:
1. Turbin
impuls dengan tingkat tekanan dan velositas tunggal, sistem ini diterappkan
pada turbin de laval.
2. Turbin
impuls dengan tingkat tekanan tunggal dan tingkat velositas ganda (kompon),
sistem ini diterapkan pada turbin curtis dengan rotor tunggal
3. Turbin
impuls dengan tingkat tekanan dan velositas ganda, sistem ini diterapkan pada
turbin curtis dengan rotor ganda.
4. Turbin
impuls dengan tingkat tekanan ganda dan satu tingkat velositas, sistem ini
diterapkan pada turbin reteau.(syamsir,1993,61)
Setelah
perang kemerdekaan berakhir, upaya penguasaan teknologi dirgantara dilanjutkan
kembali di Bandung Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisurjo. Berdasarkan
rancangannya pada 1 Agustus 1954 berhasil diterbangkan prototip pesawat
bertempat duduk tunggal. Pesawat ini diberi nama Si Kumbang. Pesawat ini dibuat
tiga buah.
Pada 24 April 1957, Seksi Percobaan
ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan & Pembuatan berdasar
Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara. Pada tahun 1958 berhasil diterbangkan
prototip pesawat latih dasar yang diberi nama Belalang 89. Selanjutnya pada tahap
produksi diberi nama Belalang 90. Pesawat in dibuat sebanyak lima unit,
dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat
Penerbangan Angkatan Darat. Di tahun yang sama berhasil aula diterbangkan
pesawat Kunang 25. Pesawat tenaga uap dapat bekerja baik dengan kondensasi atau
tanpa kondensasi, dimana uap yang telah dipakai pada turbin dibuang pada
tekanan atmosfir atau lebih besar dari atmosfir. (surbakty.1985.8).
Upaya
penguasaan teknologi dirgantara didukung pula dengan upaya penyiapan sumber
daya manusia. Untuk itu telah dikirim mahasiswa-mahasiswa Indonesia untuk
belajar ke luar negeri mendalami teknologi dirgantara sejak tahun 1951. Pada
tahun 1951-1954, mahasiswa-mahasiswa Indonesia dikirim ke Belanda untuk belajar
konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di TH Delft , Belanda. Tahun
1954-1958 dikirim mahasiswa mahasiswa ke Jerman. Pada tahun 1958-1962 dikirim
ke Cekoslowakia dan Rusia. Sedang di dalam negeri, pada tahun 1962 didirikan
jurusan Teknik Penerbangan sebagai bagian dari Bagian Mesin Institut Teknologi
Bandung.
Pada tahun 1964, seorang mahasiswa Indonesia, BJ
Habibie, akan menyelesaikan doktor di Perguruan Tinggi Teknik Aachen, Jerman, jurusan Konstruksi Pesawat Terbang. . Awal
Desember 1973, Direktur Utama Pertamina bertemu dengan BJ. Habibie di Jerman
membicarakan cita-cita membangun industri pesawat terbang di Indonesia. Dua
bulan setelah pertemuan tersebut, pada
26 Januari 1974 BJ. Habibie diminta menghadap Presiden Soeharto. Pada pertemuan
tersebut Presiden mengangkat Habibie sebagai penasehat Presiden di bidang
teknologi. Pertemuan tersebut merupakan titik awal peran Habibie di tanah air.
Penyelenggaraan transportasi
nasional mengarah pada penyediaan jasa transportasi terpadu antara moda yang efektif dan efisien
yang mengintegrasikan dengan moda transportasi yang ada. Pada sekarang ini
perkembangan teknologi pesawat di Indonesia dapat dibilang bisa sangat pesat,
dikarenkan pesawat-pesawat buatan putra-putri bangsa bisa sampai menembus pasar
luar negeri. Sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi bangsa kita sendiri tidak
kalah dengan bangsa-bangsa yang lebih maju, namun tidak banyak teknologi buatan
anak negeri yang kurang di apresiasi oleh pemerintah. Bahkan pemerintah lebih
memilih menggunakan produk yang didatangkan dari negeri orang lain.
No comments:
Post a Comment