Hakikat
Ilmu
Filsafat
ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab pertanyaan hakikat
ilmu (Suriasumantri, 1998). Hakikat ilmu dibedakan menjadi tiga, yaitu
ontologism, epistemologis, dan aksiologis. Semua pengetahuan pada dasarnya
mempunyai ketiga landasan tersebut. Dapat dikatakan bahwa ilmu hanya
membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman karena fungsi ilmu dalam
kehidupan manusia adalah membantu manusia mengatasi masalah sehari-hari.
Pengertian
ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Pengetahuan tentang dunia
nyata yang didapat melalui observasi, diuji kritis, dan diklasifikasikan secara
sistematik dalam prinsip yang umum.” Secara luas kita dapat menyatakan bahwa
pengetahuan akan menyajikan penjelasan tentang apa yang berharga dalam
penemuan-penemuan sebelumnya dan juga akan memprediksi kejadian-kejadian yang
akan datang.
Istilah “ilmu” dipergunakan dalam dua konteks. Pada
satu pihak mengacu kepada himpunan pengetahuan, dan pada pihak lain sebagai
seperangkat ketentuan bagaimana pengetahuan itu diperoleh.
Ciri-ciri
umum ilmu:
1.
Bersifat objektif
Menaruh khusus kepada aspek-aspek benda dan
bukti-bukti dalam dunia alami yang dapat disepakati oleh semua pihak, yaitu
mencoba untuk mendapatkan consensus yang maksimum. Hal ini memerlukan perhatian
khusus dalam segi sifat-sifat kuantitatif, yaitu sifat-sifat yang bisa diukur.
Pengukuran yang tepat, terutama dengan memakai peralatan-peralatan yang
impersonal, merupakan masalah kesepakatan yang luas, di mana sifat-sifat
kualitatif suatu benda melibatkan keputusan pribadi, dan pada umumnya
menyebabkan timbulnya perbedaan pendapat.
2. Bersifat
progress
Misalnya filsafat Plato atau sastra dari
Shakespeare yang tidak terikat waktu di mana nilai dan relevansinya dewasa ini
tetap sama seperti sebelumnya. Namun dalam ilmu banyak dewasa ini hanya
sebagian yang berguna untuk keperluan penjelasan karena teori tersebut tidak
lagi cocok dengan fakta.
3. Lebih
ditekankan pada pengkajian ide yang telah ditemukan
Dalam ilmu, penemuan-penemuan baru tidak
banyak menimbulkan perubahan pada sikap penerimaannya kecuali apabila disajikan
dengan suatu cara yang menghilangkan pandangan dogmatis atau yang berupa opini
yang tidak didukung oleh bukti-bukti nyata yang dapat diuji.
Filsafat modern tentang ilmu yang berpengaruh adalah
model hipotetiko-deduktif yang berasal dari Karl Marx. Menurut gagasan ini
tidak terdapat logika penemuan di dalam metode ilmiah, dan tidak ada
kepentingan filosofis dalam perumusan di dalam metode ilmiah, dan tidak ada
kepentingan filosofis dalam perumusan suatu hipotesa. Peranan filsuf-filsuf
konvensional dikatakan sebagai analisis pembenaran logika. Dalam konteks ini
kriteria bahasan antara ilmu dan nonilmu dapat diuji (atau menurut Popper dapat
dinyatakan salah) pada hipotesa yang diajukan.
Kehormatan tertinggi yang dinikmati ilmu pengetahuan
dalam masyarakat modern adalah refleksi dari ketaatan untuk memandang ilmu
pengetahuan itu sendiri. Menambahkan perkataan “keilmuan” atau ilmiah pada
sesuatu, adalah sama halnya meminjamkan bobot argument yang istimewa. Untuk
mengaitkan hal ini dengan suatu tindakan adalah sama halnya menyarankan suatu
reputasi yang luar biasa. Penggunaan dari imajinasi keilmuan yang ideal sebagai
sumber otoritas dengan cara ini menjadi terkenal dengan sebutan “scientism”
(faham keilmuan), dan sifat yang menggambarkan disebut “scientistic.” Tulisan
“scientistic” pada umumnya menaruh perhatian pada perumusan etika sebagai
fungsi dari ilmu pengetahuan. Faham keilmuan bagi Rapoport dilandasi oleh
filsafat ilmu pengetahuan empirik, yang berdasarkan keyakinan bahwa kebenaran
objektif ada di manapun, tinggal menunggu untuk dimunculkan berdasarkan kaidah
metoda keilmuan.
Hakikat Teknologi
Teknologi adalah satu
ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi
keseluruhan sejarah. Teknologi adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari
setiap peradaban. Tanpa sains peradaban tidak dapat mempertahankan
struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains
membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara
produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban.
Teknologi
bukanlah sekedar produk ilmu pengetahuan beserta temuan-temuannya yang berupa
mesin, pesawat, reaktor, ataupun fasilitas fisik lainnya yang serba canggih,
melainkan pada hakikatnya teknologi juga termasuk sistem organisasi, struktur
sosial beserta kekuasaan yang terlintas padanya.
Karakter Teknologi:
Pertama: teknologi pada hakikatnya adalah tangan untuk melaksanakan kekuasaan yang dimiliki ilmu, hal ini harus disadari oleh manusia. Teknologi dihasilkan dari penerapan ilmu yang sudah mengalami penelitian dan pengembangan lebih lanjut hingga manfaatnya menjadi jelas bagi kehidupan manusia.
Kedua: teknologi bersifat dialektik, artinya teknologi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang baru , dan permasalah yang baru ini harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula.
Ketiga, teknologi memerlukan energi yang sangat besar. Pada umumnya, di negara-negara industri maju, konsumsi energi perkapita sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara yang laju konsumsinya rendah. Sehingga tampak adanya korelasi antara pendapatan nasional bruto GNP dengan konsumsi energy
Filsafat teknologi
adalah salah satu cabang filsafat khusus yang melakukan analisis filsafat
tentang teknologi dan berbagai unsur serta seginya. persoalan-persoalan
filsafat tentang teknologi ada dua jenis:
Jenis
Pertama:
menyangkut soal-soal teoritis tentang sifat dasar
teknologi, hubungannya dengan ilmu, struktur tindakan teknologi, intisari
mesin, dan perbedaan mesin dengan manusia.
Jenis Kedua:
Jenis Kedua:
bersifat praktis, menyangkut persolan-persoalan etis
mengenai keterasingan dalam masyarakat industri, senjata nuklir, pencemaran dam
parktik keinsinyuran yang professional.
No comments:
Post a Comment